Tuhan Tidak Perlu Dibela [Edisi 2020]

Memahami Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tak hanya cukup dengan melihat sepak terjang dan maneuver politiknya yang kontroversial. Akan tetapi, perlu juga melihat jejak-jejaknya di masa lalu melalui goresan tulisannya yang sungguh mencengangkan. Buku Tuhan tidak perlu di bela merupakan kumpulan tulisan Gus Dur di Mjalah Tempo dasawarsa 1970-an dan 1980-an. Sikapnya yang nyeleh dan apa adanya membuat beberapa tulisannya membuat beberapa orang berdecak kagum.

Buku ini mengulas tentang persoalan kenegaraan, kebudayaan dan keislaman. Terkait keagamaan buku ini mengulas fenomena agama dan kekerasan politik di masanya. Baginya kekerasan politik adalah akibat dari perilaku kaum fundamentalis agama berakar pada fanatisme sempit. Penyalahgunaan agama sebagai alat politik atau kekuasaan juga ia soroti. Selain itu, kebudayaan lokal memiliki arti penting bagi pluralism sebagai prasayarat terbentuknya civil society.

Buku ini terbagi atas 3 bagian yaitu refleksi kritis pemikiran islam, intensitas kebangsaan dan kebudayaan dan demokrasi, ideology dan politik. Tulisannya yang renyah dan meyakinkan bahwa goresan ide-ide yang dikemukaan itu adalah murni melalui sebuah pemikiran panjang, perjalanan kehidupan dan pengamatan dilingkungan sekitar.

"Bila engkau menganggap Allah itu ada hanya karena engkau yang merumuskannya, hakikatnya engkau sudah menjadi kafir. Allah tidak perlu disesali kalau Dia menyulitkan kita. Juga tidak perlu dibela kalau orang menyerang hakikat-Nya."
—Al-Hujwiri