Apa jadinya jika hubungan manusia dengan leluhur dan alam terputus?
Memulihkan Keakraban Manusia dan Alam Melalui Ritual Purifikasi Motayok: Analisis Perspektif Karen Armstrong.
Di tengah geliat zaman yang memuja rasionalitas dan mengagungkan hukum formal, Motayok—sebuah ritual purifikasi masyarakat Mongondow—perlahan memudar. Dicap syirik, dikucilkan, dan dijauhkan dari generasi muda, Motayok kini hanya bertahan di satu desa: Bilalang. Namun, bagi masyarakat Bilalang, Motayok bukan sekadar metode penyembuhan. Ia adalah jalan untuk menjalin kembali komunikasi dengan roh leluhur, menjaga keseimbangan dengan alam, dan menautkan hidup dengan yang tak kasat mata.
Buku ini menyibak lapisan-lapisan kebijaksanaan lokal yang selama ini ditutup rapat oleh stigma dan kekakuan tafsir. Ia menantang pembaca untuk memandang budaya bukan sebagai sesuatu yang usang, tetapi sebagai sumber kearifan yang hidup. Berlandaskan pemikiran Karen Armstrong tentang mitos dan logos, buku ini menggugah kita untuk tidak terburu-buru menghakimi sesuatu yang tak sepenuhnya bisa dijelaskan dengan logika. Ia mengajak kita menyelami bagaimana masyarakat Bilalang memahami sakit bukan hanya dari sudut medis, melainkan sebagai gejala disharmoni antara manusia, roh, dan alam. Sebuah pemahaman yang, mungkin saja, lebih dalam dari yang kita kira.
Buku ini bukan ajakan untuk kembali ke masa lalu, melainkan upaya mengingatkan bahwa akar budaya—selama tak menindas dan menyakiti—adalah bagian penting dari kesehatan kolektif suatu masyarakat. Motayok adalah simbol dari itu: bahwa menyembuhkan bukan hanya soal tubuh, tapi juga jiwa, tanah, dan relasi spiritual yang terlupakan.
Jika Anda percaya bahwa yang tak terlihat bukan berarti tak ada, dan bahwa pengetahuan bukan hanya soal angka dan hukum, maka buku ini layak Anda baca—dengan hati yang terbuka.
Penulis: Rivo Ronaldo Ingkiriwang
Penerbit: Avela, 2025
Kategori: Budaya
ISBN: 978-634-04-0314-5
SKU: BRD23860
Bahasa: Indonesia
Dimensi: 12 x 18 cm l Softcover
Tebal: 53 hlm | Bookpaper
Harga: 54.500