Para filsuf sebelum Plato pernah sesekali membahas masalah pengetahuan, dan Plato sendiri juga telah mengkaji hal ini lebih mendalam dalam dialog-dialog sebelumnya. Namun, Theaetetus-lah yang menjadikan studi tentang pengetahuan sebagai cabang filsafat tersendiri, yang berbeda terutama dari ontologi (studi tentang keberadaan).

Coba pikirkan, betapa luar biasanya bahwa setelah dua setengah ribu tahun berlalu, dialog ini masih layak dibaca dan didiskusikan, baik karena nilai filosofisnya maupun kualitas sastranya. Bahkan, Theaetetus adalah salah satu dari sedikit dialog Plato yang terus muncul dalam karya dan mata kuliah filsafat modern.

Theaetetus adalah karya filsafat yang sangat baik—mudah diakses oleh orang awam, namun mampu membawa kita lebih dalam ke wilayah-wilayah filosofis yang kompleks. Saya masih ingat betul bagaimana, ketika pertama kali membaca Theaetetus sebagai mahasiswa, saya begitu terpesona oleh kejernihan tulisan dan keyakinan dalam argumennya, sehingga saya hampir percaya pada setiap kata Plato. Ini adalah jebakan yang saya yakin Plato sendiri ingin kita hindari: dia menulis filsafat untuk merangsang pemikiran, bukan untuk membuat kita menerima begitu saja.

Karena itu, saya menulis esai tentang dialog ini. Saya juga memutuskan untuk menempatkan esai ini setelah terjemahan, bukan sebagai pengantar, untuk menunjukkan bahwa teksnya perlu dibaca terlebih dahulu. Perlu dicatat bahwa esai ini bukanlah komentar akademis yang lengkap tentang dialog tersebut, tetapi dimaksudkan untuk membantu pembaca mengenali isu-isu utama yang perlu diperhatikan jika pembacaan dialog ini berkembang menjadi kajian yang lebih mendalam.

ROBIN A. H. WATERFIELD

Penulis: Plato

Penerbit: Diva Press, 2025

Kategori: Filsafat

SKU: BRD23997

Bahasa: Indonesia

Dimensi: 14 x 20 cm l Softcover

Tebal: 338 hlm | Bookpaper

Harga: 95.000