
Puisi-puisi Aditya Ardi N: A Tribute to Dangdut
Oleh: AdityaArdi N Diposkan: 14 Sep 2018 Dibaca: 3352 kalibersiap menonton orkes dangdut
di bawah malam,
dibimbing pendar kuning merkuri
kulitku yang tropika menyerap dingin arena tangapan
: keringat kecut penonton, asap rokok, debu dan umpatan
pemuda desa yang mabuk miras oplosan
panggung baru siuman, biduan didatangkan, sound gantung dibunyikan,
orkes dimainkan, penonton ugal-ugalan, bergoyang habis-habisan
bersiap menonton dangdut artinya siap menjaga tempurung kepala
dari kepal tinju dan lemparan batu sebab tawuran bisa terjadi kapan saja
bersiap menonton dangdut juga bersiap kecewa
bila biduan berhalangan atau orkes yang terlalu cepat dicukupkan
dang
hidup tak harus melulu meradang
dut
hidup tak mesti bersungut-sungut
seperti lelaki tua berkemul sarung
yang telanjur percaya orkes itu telah menyelamatkannya
dari amuk nasib buruk juga malapetaka
di bawah lindungan kendang
: buat cak met new pallapa
di bawah kuasa tanganmu yang khalik kendang dari kulit lembu
aku lepaskan pakaian dan membuang lembar demi lembar keyakinanku
setelah vibrasi yang diletupkan rampak kendang pesisiran
menghasut kemurnian seluruh amsal dan mazmurku,
jiwaku bergolak seperti lompatan girang anak-anak
tak tung dang dut
tak tung dang dut
teruskan cak kendanganmu itu
sumber bunyi asali yang kau datangkan
dari aceh hingga banyuwangi
tak dari sunda, tung dari india
begitu saja merasuki kedua tanganmu untuk mengoplosnya
tunjukkan padaku, cak
semesta kendang koplomu
terus terngiang-ngiang hingga kini
di kuping tukang becak penggemar tepi kali
menjadi rhapsody yang tak kenal mati
di bawah lindungan kendang koplomu, cak
aku berada di surga dengan sembilan biduanita
yang setia membimbingku menggoyang waktu
senggakan
-- jihan audy
o a o e…
lagu belum lagi usai
biduanita yang dadanya tersumbul semenjana
yang kuning kulitnya, yang merah bajunya, yang tebal bedak pupurnya
dan nakal kerlingnya terus memaksaku menautkan pandang
hingga bulu kudukku meremang, bayanganku memanjang
dan seolah berkata,“jangan kau pulang, sayang”
hak e… hak e…
aku turut berjoged mengacungkan kedua tangan
sembari sesekali meneriaki biduanita yang dadanya tersumbul semenjana
: “aku tak mau pulang, maunya digoyang, sayang.”
di sekelilingku orang-orang yang mabuk nasib buruk
melipat duka laranya dengan mengumpat dancuk
di hadapan sound system yang menghumban bunyi tak tung dang dut
hidup cuma untuk menjogedi kesuntukan dan bernyanyi lagu-lagu ratapan
tak ada jam kerja, tak ada utang pula cicilan yang harus dibayarkan
waktu mengalir lurus landai tanpa pertanyaan
hokya… hokya…
tapi panggung hanya gagah sementara
setelah mati musiknya, setelah mc berkata sampai jumpa
setelah padam lampunya
kami terlempar kembali ke lorong bising pabrikbesi,
kami terlempar kembali menjadi kuli,
dan ke jalan-jalan yang kerap gagal kami pahami.
jandut
̶ eni sagita
salam asolole bagi kita semua
damai di bumi seperti di surga
berilah kami pada hari ini
goyangan jandut yang secukupnya
asolole,
berilah juga kami pada hari ini
keriangan sebagaimana mestinya
kendang kuda lumping di atas panggung yang miring,
senar gitar melengking, dan suling yang terus berdenging
di dalam truk dan bus antar kota
sepanjang pantura hingga ujung selatan jawa
gaung kendang di bawah malam berbintang
kami bergoyang dan terus berdendang
lagu orang-orang tersisih dan terbuang
asolole,
selamatkanlah senantiasa jiwa-jiwa kaum papa
dari jangkau hari buruk dan duka nestapa
saweran
matamu goyah
di hadapan lima ribu rupiah
mengasingkanmu dari pengertian ibu dan ayah
Penyair, Penggemar OM New Pallapa & Adella. Kini mukim di Jl. Musi no 137, RT 02/RW 02, Dusun Gresikan, Desa Ngoro, Kec Ngoro, Kab Jombang, Jawa Timur kode pos: 61473. Instagram: @aditya_ardi_n
Apabila Anda berminat untuk mengirim tulisan, sila baca syarat dan ketentuan mengirim tulisan.