
Puisi-Puisi Sengat Ibrahim
Oleh: Sengat Ibrahim Diposkan: 07 Sep 2018 Dibaca: 6061 kaliAku Bukan Tuhan
Aku bukan Tuhan yang ketika berbicara selalu menggunakan kebenaran.
Aku seorang pemuja mara-bahaya yang setiap saat mengunyah kerinduan.
Aku bukan Tuhan. Aku hanyalah pemilik sekaligus pemeluk kehancuran.
Jogjakarta, 2018
Kartu Tanda Penyair
Namaku : Sengat Ibrahim
Tempat Tanggal Lahirku : Sumenep, 22-05-1997
Jenis Kelaminku : Laki-Laki
Agamaku : Islam
Kitab Suciku : Perempuan
Keyakinanku : Belum kutemukan
Jogjakarta, 2018
Doa Sepenggal
Jika pun Tuhan bisa tersenyum kepadaku
aku masih lebih puas menikmati senyumanmu.
Jogjakarta, 2018
Doa Sekadar
Tuhan aku jauh lebih percaya terhadap segala
sesuatu yang begitu mudah membuatku terluka.
Jogjakarta, 2018
Doa Tunggal
Tuhan, jika tujuan hidup di dunia hanya untuk bermain-main
aku mau menjadikanmu sebagai mainanku sepanjang waktu.
Jogjakarta, 2018
Doa Gagal
Sedari awal kau sudah tahu, aku ini lelaki jahat
tapi kau memilih semakin mendekat.
Maka rasakanlah segala bentuk kerusakan
yang kau yakini sebagai kerinduan.
Jogjakarta, 2018
Doa Serius
Oh Tuhan yang berasal dari keraguan
Sempurnakanlah hambamu sebagai ciptaan.
Jogjakarta, 2018
Doa Serius
Tuhan lebih sering mencintaiku melalui kesedihan.
Jogjakarta, 2018
6 Memoar Mengenai Kau
1
Ketika aku mengenakan kerinduan
berarti aku sedang berjarak dengan kau.
2
Ketika sedang berjarak dengan kau
aku menyatu dengan segala kemungkinan.
3
Ketika aku diam berarti aku sedang mencari
sesuatu yang tak bisa kutemui melalui obrolan.
4
Ketika aku memasang obrolan dengan kau
berarti aku sedang muak dengan pikiran.
5
Ketika aku perlihatkan senyuman berarti
aku menggapai andai yang tak berkesudahan.
6
Ketika menggapai andai yang tak berkesudahan
berarti aku sedang menikamati segala urusan.
Jogjakarta, 2018
Menulis Matamu
Ketika kamarku berisi malam
kau mengirim gambar matamu
lewat WhatsApp untuk mengabarkan
keadaanmu yang tak mudah terlelap
saat kota-kota serentak melepaskan bunyi.
Aku tak bisa mengirim kantuk padamu
atau mencabut pikiranmu yang berisi aku
yang kau sebut rindu. Sebab rinduku padamu
tak pernah kusuuruh mengusik ketenanganmu.
Matamu ya matamu,
matamu sedang memata-mataiku
untuk memontohkan keindahanmu melalui mataku.
Kekasih, akan terbuat dari apakah tidurmu setelah itu?
Jogjakarta, 2018
Menanam Senyum di Matamu
Waktu itu aku melihat senyum di matamu
---senyum yang berasal dari bibirku---
senyum yang sengaja kuciptakan untukmu
tapi kau mengembalikannya padaku melalui matamu.
Jogjakarta, 2018
Sengat Ibrahim, Pemangku Adat Literasi & Taman Baca Masyarakat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta (LSKY). Lahir di Sumenep Madura, 22 Mei 1997. Menulis puisi dan cerita pendek, tinggal di Yogyakarta. Buku puisinya yang telah terbit: Bertuhan pada Bahasa, (Penerbit Basabasi). Buku puisi terbarunya: Asmaragama, (Penerbit LiterISI, 2018). Sekarang sedang menyiapkan buku berikutnya bertajuk: Agamaku Adalah Rindu (yang diam-diam menciptamu dalam diriku). Karya-karyanya pernah dimuat di koran; Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Suara NTB, Minggu Pagi, Merapi, Solo Pos, Radar Surabaya, Banjarmasin Post, Harian Rakyat Sultra, Lombok Post, Medan Ekspres, Harian Sumbar, Majalah Simalaba, dan Malangvoice, Litera.Co, LiniFiksi.Com, PoCer.co, Basabasi.Co
Apabila Anda berminat untuk mengirim tulisan, sila baca syarat dan ketentuan mengirim tulisan.