Tanah Merah yang Merah
Kategori : Tokoh - Sejarah

KEKALAHAN selalu mendatangkan kritik, sebaliknya kemenangan mendatangkan pujian. Tidak mengherankan bahwa kekalahan yang diderita Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam pemberontakannya tahun 1926—1927 oleh seorang ilmuwan dikatakan kacau pengorganisasiannya dan karenanya mudah dikalahkan oleh pemerintah. Oleh sebagian orang yang ikut dibuang ke Boven Digoel di tengah rimba raya Irian sendiri pemberontakan itu juga dikecam. Banyak di antara mereka yang kemudian berbalik gagang memusuhi jajarannya dan berpihak pada Pemerintah Hindia Belanda yang sebelumnya ikut diberontakinya.
Oleh mereka yang sangat anti-PKI, pemberontakan ini (secara keliru) malah dihitung yang pertama dalam rangkaian pemberontakan dan pengkhianatan PKI (yang kontroversial) terhadap pemerintah.
Diketahui juga, sebelum meletus orang sudah mengkritiknya. Belum waktunya, kata Tan Malaka yang waktu itu menjadi anggota pimpinan Komunis Internasional (Komintern). Jozef Stalin sebagai pimpinan Komintern lebih tegas lagi. Ia minta agar pemberontakan itu dibatalkan, ketika ia mendengar laporan tentang rencananya dari Muso dan Alimin sebagai utusan PKI yang ditugaskan melapor.
Selamat Membaca dan Merdekalah...
Pengiriman Ke | |
Ongkos Kirim |
---
|
Kategori : | Tokoh - Sejarah |
ISBN : | Bilven |
Ketebalan : | xiv + 234 hlm | HVS |
Dimensi : | 14x20 cm | Soft Cover |
Bahasa : | Indonesia |
Stock: | Out of Stock |
Penerbit: | Ultimus |
Penulis: | Koesala Soebagyo Toer |
Berat : | 300 gram |
Product Tags: |